Di Arablah justru Allah telah menjadikan tanah Arab istimewa, Nabi dan Rasul berasal, tempat Al-Qu’an turun dan kibalat umat Islam dalam beribadah. Berbagai Ibrah bisa kita bayangkan dan pelajari hingga menambah wawasan kita dan rasa syukur kita pada Allah. Untuk itulah dengan dibuatnya makalah ini bisa membantu kita dalam berwawasan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Rasmul qur’an merupakan salah satu bagian disiplin ilmu alqur’an yang mana di dalamnya mempelajari tentang penulisan Mushaf Al-Qur’an yang dilakukan dengan cara khusus, baik dalam penulisan lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakan. Rasimul Qur’an dikenal juga dengan nama Rasm Utsmani. Tulisan al-Quran Utsmani adalah tulisan yang dinisbatkan kepada sayyidina utsman ra. Khalifah ke III. Istilah ini muncul setelah rampungnya penyalinan al-Quran yang dilakukan oleh team yang dibentuk oleh Ustman pada tahun 25H. oleh para Ulama cara penulisan ini biasanya di istilahkan dengan “Rasmul Utsmani’. Yang kemudian dinisbatkan kepada Amirul Mukminin Ustman ra.[16] Para Ulama berbeda pendapat tentang penulisan ini, diantara mereka ada yang berpendapat bahwa tulisan tersebut bersifat taufiqi ketetapan langsung dari Rasulullah, mereka berlandaskan riwayat yang menyatakan bahwa Rasulullah menerangkan kepada salah satu Kuttab juru tulis wahyu yaitu Mu’awiyah tentang tatacara penulisan wahyu. diantara Ulama yang berpegang teguh pada pendapat ini adalah Ibnul al-Mubarak dalam kitabnya “al-Ibriz” yang menukil perkataan gurunya “ Abdul Aziz al-Dibagh”, “bahwa tlisan yang terdapat pada Rasm Utsmani semuanya memiliki rahasia-rahasia dan tidak ada satupun sahabat yang memiliki andil, sepertihalnya diketahui bahwa al-Quran adalh mu’jizat begitupula tulisannya”. Namun disisi lain, ada beberapa ulama yang mengatakan bahwa, Rasmul Ustmani bukanlah tauqifi, tapi hanyalah tatacara penulisan al-Quran saja. Makalah yang kami buat untuk membahas tentang pengertian Rasm Al-Qur’an, dan tentang pendapat rasmul qur’an serta kaitannya dengan qiaraah. Untuk lebih jelasnya pada bab selanjutnya akan dibahas secara terperinci. Apa pengertian rasmul qur’an? Apa pendapat para ulama tentang rasmul qur’an? Bagaimana kaitanya rasmul qur’an dengan qiraah? Makalah ini dimaksudkan agar kita lebih mengerti tentang ilmu al qur’an, khususnya tentang ilmu rasmul qur’an. Dan kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya bagi diri kami sendiri. BAB II PEMBAHASAN I. Pengertian Rasmul Qur’an dari Berbagai Sumber Rasmul Al-Qur’an atau yang lebih dikenal dengan Ar-Rasm Al-Utsmani lil Mushaf penulisan mushaf Utsmani adalah Suatu metode khusus dalam penulisan Al-Qur’an yang di tempuh oleh Zaid bin Tsabit bersama tiga orang Quraisy yang di setujui oleh Utsman.[1] Rasmul al-Qur’an yaitu Penulisan Al-Qur’an yang dilakukan oleh 4 sahabat yang dikepalai oleh Zaid bin Tsabit, dibantu tiga sahabat yaitu Ubay bin Ka’ab, Ali bin Abi Thalib, dan Utsman bin Affan yang dilatar belakangi oleh saran dari Umar bin Khattab kepada Abu Bakar, kemudian keduanya meminta kepada Zaid bin Tsabit selaku penulis wahyu pada zaman Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam untuk mengumpulkan menulis Al-Qur’an karena banyaknya para sahabat dan khususnya 700 penghafal Al-Qur’an syahid pada perang Yamamah.[2] Metode khusus dalam Al-Qur’an yang digunakan oleh 4 sahabat yaitu Zaid bin Tsabit, Ubay ibn Ka’ab, Ali bin Abi Thalib dan Utsman bin Affan bersama disetujui oleh khalifah Utsman. Istilah rasmul Qur’an diartikan sebagai pola penulisan al-Qur’an yang digunakan Ustman bin Affan dan sahabat-sahabatnya ketika menulis dan membukukan Al-Qur’an. Yaitu mushaf yang ditulis oleh panitia empat yang terdiri dari, Mus bin zubair, Said bin Al-Ash, dan Abdurrahman bin Al-harits. Mushaf Utsman ditulis dengan kaidah tertentu. Para ulama meringkas kaidah itu menjadi enam istilah, yaitu 1. Al–Hadzf membuang,menghilangkan,atau meniadakan huruf. Contohnya, menghilangkan huruf alif pada ya’ nida’ يَََآَ يها النا س . 2. Al – Jiyadah penambahan, seperti menambahkan huruf alif setelah wawu atau yang mempunyai hokum jama’ بنوا اسرا ئيل dan menambah alif setelah hamzah marsumah hamzah yang terletak di atas lukisan wawu تالله تفتؤا. 3. Al – Hamzah, Salah satu kaidahnya bahwa apabila hamzah ber-harakat sukun, ditulis dengan huruf ber-harakat yang sebelunya, contoh ائذن . 4. Badal penggantian, seperti alif ditulis dengan wawu sebagai penghormatan pada kata الصلوة. 5. Washal dan fashlpenyambungan dan pemisahan,seperti kata kul yang diiringi dengan kata ma ditulis dengan disambung كلما . 6. Kata yang dapat di baca dua bunyi. Suatu kata yang dapat dibaca dua bunyi,penulisanya disesuaikan dengan salah salah satu bunyinya. Di dalam mushaf ustmani,penulisan kata semacam itu ditulis dengan menghilangkan alif, contohnya,ملك يوم الدين . Ayt ini boleh dibaca dengan menetapkan alifyakni dibaca dua alif, boleh juga dengan hanya menurut bunyi harakatyakni dibaca satu alif. II. Pendapat Para Ulama Tentang Rasmul Qur’an. Para ulama telah berbeda pendapat mengenai status rasmul Al-Qur’an ini. Sebagian dari mereka berpendapat bahwa rasmul qur’an bersifat mana mereka merujuk pada sebuah riwayat yang menginformasikan bahwa nabi pernah berpesan kepada mu’awiyah,salah seorang seketarisnya, “Ambillah tinta, tulislah huruf” dengan qalam pena, rentangkan huruf “baa”, bedakan huruf “siin”, jangan merapatkan lubang huruf “miim”, tulis lafadz “Allah” yang baik, panjangkan lafadz “Ar-Rahman”, dan tulislah lafadz “Ar-Rahim” yang indah kemudian letakkan qalam-mu pada telinga kiri, ia akan selalu mengingat Engkau. Merekapun mengutip pernyataan Ibnu Mubarak “Tidak seujung rambutpun dari huruf Qur’ani yang ditulis oleh seorang sahabat Nabi atau lainnya. Rasm Qur’ani adalah tauqif dari Nabi yakni atas dasar petunjuk dan tuntunan langsung dari Rasulullah SAW. Beliaulah yang menyuruh mereka para sahabat menulis rasm qur’ani itu dalam bentuk yang kita kenal, termasuk tambahan huruf alif dan pengurangannya, untuk kepentingan rahasia yang tidak dapat dijangkau akal fikiran, yaitu rahasia yang dikhususkan Allah bagi kitab-kitab suci lainnya”. Sebagian besar para ulama berpendapat bahwa rasmul qur’an bukan tauqifi,tetapi merupakan kesepakatan cara penulisan yang disetujui oleh ustman dan diterima umat,sehingga wajib diikuti dan di taati siapapun yang menulis alqur’an. Tidak yang boleh menyalahinnya, banyak ulama terkemuka yang menyatakan perlunya konsistensi menggunakan rasmul ustmani. Dengan demikian, kewajiban mengikuti pola penulisan Al Qur’an versi Mushaf Utsmani diperselisihkan para ulama. Ada yang mengatakan wajib, dengan alasan bahwa pola tersebut merupakan petunjuk Nabi tauqifi. Pola itu harus dipertahankan walaupun beberapa di antaranya menyalahi kaidah penulisan yang telah dibakukan. Bahkan Imam Ahmad ibn Hanbal dan Imam Malik berpendapat haram hukumnya menulis Al Qur’an menyalahi rasm Utsmani. Bagaimanpun, pola tersebut sudah merupakan kesepakatan ulama mayoritas jumhur ulama. Ulama yang tidak mengakui rasm Utsmani sebagai rasm tauqifi, berpendapat bahwa tidak ada masalah jika Al Qur’an ditulis dengan pola penulisan standar rasm imla’i. Soal pola penulisan diserahkan kepada pembaca. Kalau pembaca lebih mudah dengan rasm imla’i, ia dapat menulisnya dengan pola tersebut, karena pola penulisan itu hanya simbol pembacaan, dan tidak mempengaruhi makna Al Qur’an. III. Kaitan Rusmul Qur’an Dengan Qira’at Secara etimologi Qiraat adalah jamak dari Qira’ah, yang berarti bacaan’, dan ia adalah masdar verbal noun dari Qara’a. Secara terminologi atau istilah ilmiyah Qiraat adalah salah satu Mazhab aliran pengucapan Qur’an yang dipilih oleh seorang imam qurra’ sebagai suatu mazhab yang berbeda dengan mazhab yang lainya. Qiraat ini ditetapkan berdasarkan sabad-sanadnya sampai kepada Rasulullah. Periode qurra’ ahli / imam qiraat yang mengajarkan bacaan Qur’an kepada orang-orang menurut cara mereka masing-masing adlah dengan berpedoman kepada masa para para sahabat yang terkenal yang mengajarkan qiraat ialah Ubai, Ali, Zaid bin Sabit, Ibn Mas’ud, Abu Musa Al-Asy’ari dan lain-lain. Dari mereka itulah sebagian besar sahabat dan Tabi’in di berbagai negri belajar qira’at yang semuanya bersandar kepada Rasulullah.[3] Sahabat-sahabat nabi terdiri dari beberapa golongan. Tiap-tiap golongan itu mempunya lahjah bunyi suara / sebutan yang berlainan satu sama lain. Memaksa mereka menyebut pembacaan atau membunyikan al-Qur’an dengan lahjah yang tidak mereka biasakan, suatu hal menyukarkan. Maka untuk mewujudkan kemudahan, Allah Yang Maha Bijaksana menurunkan al-Qur’an dengan lahjah-lahjah yang biasa dipakai oleh golongan Quraisy dan oleh golongan-golongan yang lain di tanah Arab. Oleh karna itu menghasilkan bacaan al-Qur’an dalam berbagai rupa atau macam bunyi lahjah. Dan bunyi lahjah yang biasa ditanah Arab ada tujuh macam. Di samping itu ada beberapa lahjah lagi. Sahabt-sahabat nabi menerima al-Qur’an dari nabi menurut lahjah bahasa golonganya. Dan masing-masing mereka meriwayatkan al-Qur’an menurut lahjah mereka sendiri. Sesudah itu munculah segolongan ulama yang serius mendalami ilmu qira’at sehingga mereka menjadi pemuka qira’at yang dipegangi dan dipercayai. Oleh karena mereka semata-mata mendalami qira’at untuk mendakwahkan al-Qur’an pada umatnya sesuai dengan lahjah tadi. Kemudian muncullah qurra-qurra yang kian hari kian banyak. Maka ada diantara mereka yang mempunyai keteguhan tilawahnya, lagi masyhu, mempunyai riwayah dan dirayah dan ada diantara mereka yang hanya mempunyai sesuatu sifat saja dari sifat-sifat tersebut yang menimbulkan perselisihan yang banyak. Untuk menghindarkan umat dari kekeliruan para ulama berusaha menerangkan mana yang hak mana yang batil. Maka segala qira’at yang dapat disesuaikan dengan bahasa arab dan dapat disesuaikan dengan salah satu mushaf Usmani serta sah pula sanadnya dipandang qira’at yang bebas masuk kedalam qira’at tujuh, maupun diterimanya dari imam yang sepuluh ataupun dari yang lain. Meskipun mushaf Utsmani tetap dianggap sebagai satu-satunya mushaf yang dijadikan pegangan bagi umat Islam diseluruh dunia dalam pembacaan Al-Qur’an, namun demikian masih terdapat juga perbedaan dalam pembacaan. Hal ini disebabkan penulisan Al-Qur’an itu sendiri pada waktu itu belum mengenal adanya tanda-tanda titik pada huruf-huruf yang hampir sama dan belum ada baris harakat. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa keberadaan mushaf ustmani yang tidak berharakat dan bertitik ternyata masih membuka peluang untuk membacanya dengan berbagai qira’at. Hal itu di buktikan dengan masih terdapatnya keragaman cara membaca Al-Qur’an. Dengan demikian hubungan rasmul Qur’an dengan Qira’at sangat erat. Karena semakin lengkap petunjuk yang dapat ditangkap semakin sedikit pula kesulitan untuk mengungkap pengertian-pengertian yang terkandung didalam Al-Qur’ mengatasi permasalahan tersebut Abu Aswad Ad-Duali berusaha menghilangkan kesulitan-kesulitan yang sering dialami oleh orang-orang Islam non Arab dalam membaca Al-Qur’an dengan memberikan tanda-tanda yang diperlukan untuk menolong mereka membaca ayat-ayat al-Qur’an dan memahami kandungan ayat-ayat al-Qur’an tersebut. BAB III PENUTUP 1. Rasmul qur’an atau rasmul ustmani adalah tata cara menuliskan Al-qur’an yang ditetapkan pada masa khalifah ustman bin affan dengan kaidah-kaidah tertentu. 2. Sebagian para ulama berpendapat bahwa rasmul qur’an bersifat tauqifi, tapi sebagian besar para ulama berpendapat bahwa rasmul qur’an bukan tauqifi,tetapi merupakan kesepakatan cara penulisan yang disetujui ustman dan diterima umatnya,sehingga wajib wajib diikuti dan di taati siapa pun ketika menulis al-qur’an. Tidak boleh ada yang menyalahinya. 3. Hubungan antara rasmul qur’an dan qira’ah sangat erat sekali Karena semakin lengkap petunjuk yang dapat ditangkap semakin sedikit pula kesulitan untuk mengungkap pengertian-pengertian yang terkandung didalam Al-qur’ yang telah dijelaskan bahwa keberadaan mushaf ustmani yang tidak berharakat dan bertitik ternyata masih membuka peluang untuk membacanya dengan berbagai qira’at. Hal itu di buktikan dengan masih terdapatnya keragaman cara membaca Al-Qur’an. Dari pemaparan kami di atas mungkin banyak kekeliruan atau kesalahan dalam penuliasan,oleh karna itu kami mohon kritik dan sarannya agar kami bisa belajar dan memperbaiki kesalahan kami. Atas kekurangannya kami mohon maaf. DAFTAR PUSTAKA Al-Qaththan, Manna’, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Jakarta Pustaka Al-Kautsar, Cetakan ketujuh, Februari 2012. Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an / Tafsir. Jakarta Bulan Bintang, Cetakan ketigabelas, Tahun 1990. Khalil, al-Qattan Manna, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Jakarta PT Pustaka Antar Nusa, Tahun 1994 . [1] Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Jakarta Pustaka Al-Kautsar, Cetakan ketujuh, Februari 2012, halaman 150. [2] Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an / Tafsir. Jakarta Bulan Bintang, Cetakan ketigabelas, Tahun 1990, halaman 83-86. [3] Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Jakarta PT Pustaka Antar Nusa, Tahun 1994, Cetakan kedua, halaman 247.
MAKALAH ILMU RASM AL-QUR’AN. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ‘Ulumul Qur'an. Dosen Pengampu : Dr. Hayati, M. Ag. Oleh : Kelompok : 8 M. Zayyan (220201106) Farhan Syafrizal (220201105) Ahmad Romadhon (220201132) Unit : 04. PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS UIN AR-RANIRY DARUSSALAM BANDA ACEH 2022
75% found this document useful 4 votes6K views6 pagesDescriptionMakalah tentang Rasm Al Quran, Mata Kuliah Ulumul Quran, FIAI Universitas Islam IndragiriOriginal TitleMakalah Ulumul Qur'an Rasm Al Qur'anCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?75% found this document useful 4 votes6K views6 pagesMakalah Ulumul Qur'an Rasm Al Qur'anOriginal TitleMakalah Ulumul Qur'an Rasm Al Qur'anDescriptionMakalah tentang Rasm Al Quran, Mata Kuliah Ulumul Quran, FIAI Universitas Islam IndragiriFull description
Rasm and Qirâ`ât Al-Qur`an (Critical Study of Taufik Adnan Amal Thought in Reconstruction of the History of the Al-Qur`an) Khusna Farida (317440030) Rasm and qirâ`ât Al-Qur’an are two topics that frequently criticized by the Revisionists. They questioned the authenticity of the Qur’an and attempted to
sahabat sejuta warna kali in admin postingkan materi ulumul quran mengenai rasm al quran atau rasmil quran silahkan simak dibawah iniRasm Al-Qur’an Pengertian Rasm Al-Qur’an terdiri dari dua kata rasm dan Al-Qur’an. Rasm berasal dari kata rasama-yarsamu yang artinya menggambar atau melukis. Istilah rasm dalam ulumul Quran diartikan sebagai pola penulisan yang digunakan oleh Usman Bin Affan dan sahabat-sahabatnya ketika menulis dan membukukan Al-Qur’an. Menurut kamaluddin Marzuki dalam Siti Chodijah 201345 ilmu Rasmul Al-Qur’an yaitu ilmu yang mempelajari tentang penulisan mushaf Al-Qur’an yang dilakukan dengan cara khusus, baik dalam penulisan lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakannya. Rasm dapat dibagi kedalam 3 macam 1. Rasm Imla, yaitu pola goresan atau penulisan yang digunakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan bahasa. 2. Rasm Arudli, yaitu pola goresan atau penulisan yang digunakan untuk menulis syair dan semisalnya yang umumnya sesuai dengan bunyi yang diucapkan. 3. Rasm Al-Qur’an, yaitu pola goresan atau penulisan yang digunakan untuk menuliskan ayat-ayat Al-Qur’an. Dalam istilah al-Shibaghi 1990125, istilah lain yang digunakan untuk rasm Al-Qur’an adalah al-Imla’i al-Utsmani, tetapi pola penulisan Al-Qur’an lebih dikenal dengan rasm Utsmani. Ulama Tentang Rasm Utsmani Pada masa khalifah Utsman bin Affan umat islam telah tersebar ke berbagai penjuru dunia sehingga pemeluk agama islam bukan hanya orang-orang arab saja. Kemudian, seorang sahabat bernama Khuzaifah mengajukan kepada khalifah Utsman bin Affan untuk menulis mushaf yang dapat diterima oleh semua pihak seluruh umat muslim. Maka dibentuklah tim khusus untuk menulis mushaf al-Qur’an sebagai yang diharapkan. Tim itu diketuai oleh Zaid bin Tsabit dan para anggotanya, Abdullah bin Zubair, Abdul Rohman bin Harits bin Hisyam dan Asy’at. Mereka menulis al-Qur’an dengan berpedoman pada mushaf yang terdapat pada Khafsoh serta hafalan para sahabat. Dalam bukunya al-Shibaghi 1990132-136 perbedaan tersebut dapat dibagi dalam tiga pendapat. 1. Pendapat pertama. Rasm Al-Qur’an bersifat tauqifi dam wajib diikuti oleh siapa saja yang menulis Al-Quran, semisal yang dikemukakan oleh Ahmad ibn Hanbal. Pendapat ini merujuk kepada QS. Yunus 64, Allah SWT berfirman, “ ... Tidak ada perubahan bagi kalimat – kalimat Allah. Yang demikian itu adalalah kemenangan yang besar.” 2. Pendapat kedua. Rasm Al-Qur’an tidak bersifat tauqifi tetapi merupakan kesepakatan cara penulisan yang disetujui utsman, disepakati para sahabat, dan diterima ummat, tetapi wajib diikuti dan ditaati oleh siapa saja yang menulis Al-Qur’an, semisal yang dikemukakan abu bakar al-baqilani. Pendapat ini beralasan a. Ijma sahabat. Diperkirakan bahwa penulisan ini disepakati sekitar 12 ribu sahabat Syarsyal, tt 224 b. Menyalahi penulisan rasm Al-Qur’an berakibat pada hilangnya sejumlah qira’at mutawatir. 3. Pendapat ketiga. Rasm Al-qur’an tidak bersifat tauqifi dan tidak ada halangan untuk menyalahinya tatkala suatu generasi sepakat untuk menggunakan cara tertentu yang berlainan dengan rasm Al-Qur’an utsmani , semisal yang dikemukakan al-izz ibn abd-salam. Kaidah-kaidah Rasm al-Qur’an Sebaiamna dikemukakan diatas, bahwa ras, terbagi kedalam tiga macam, maka masing-masing rasm memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya adapun untuk rasm al-Qur’an beberapa perbedaan dapat ditelusuri melalui rasm al-Qur’an, dalam bukunya al-shuyuti 2008 744-752, kaidah-kaidah tersebut dibagi kedalam tujuh kaidah sebagai berikut 1. Adanya penambahan huruf Adanya penambahan huruf dibagi kedalam tiga macam yaitu alif, wau, dan ya. Contohnya penambahan alif terdapat pada firman Allah Al-Baqarah 259 “...maka Allah mamtikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali...” Penambahan wau terdapat pada Firman Allah Al-Baqarah 16 “mereka itulah olah membeli kesestan dengan petunjuk...” Penambahan ya terdapat pada firman Allah Al- Dzariat 47 “Dan langit itu kami bangun dengan tangan kekuasaan kami” 2. Adanya pengurangan atau peniadaaan huruf Adanya pengurangn huruf dibagi mejadi empat bagian yaitu ; alif, waw, ya dan lam. Contoh pengurangan atau peniadaan alif terdapat pada fiman Allah Al-Fatihah 1 “Dengan menyebut nama Allah yang maha pemurah lagi maha penyayang.” Pengurangan atau peniadaan waw terdapat pada firman Allah At-Taubah 19 “...mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang dzalim.” Pengurangan atau peniadaan ya terdapat pada firman Allah Al-Baqarah 173 “barang siapa dalam keadaan terpaksa memakannya sedang ia tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui batas maka tidak ada dosa baginya.” Pengurangan atau peniadaan lam terdapat pada firman Allah Al-Baqarah 17 “ Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api...” 3. Adanya penggantian huruf Adanya penggatian huruf dibagi menjadi 4, yaitu a. penggatian Alif dengan Wau pada firman Allah Al-Baqarah 43 “Dan dirikanlah, tunaikanlah dan ruku’ lah beserta dengan orang-orang yang ruku’.” b. Penggantian Alif dengan Ya. Seperti dalam firman Allah Swt dalam Al-Baqarah 28 “Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu...” c. Penggantian Nun taukiddengan Alif. Seperti firman Allah Swt dalam Al-Alaq 15 “Ketahuilah,sungguh jika ia tidak berhenti berbuat demikian niscaya Kami akan tarik ubun-ubunnya...” d. Penggantian Ta Marbuthah dengan Ta Ta’nits. Seperti firman Allah Swt dalam Ali Imran 35 “Ingatlah, ketika istri Imran berkata Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat...” 4. Adanya penggabungan kata. Seperti firman Allah Swt dalam Al-Qiyamah 3, “Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan kembali tulang belulangnya?” 5. Adanya pemisahan kata. Seperti firman Allah Swt dalam Luqman 30, “Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dia-lah yang hak dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah itulah yang batil...” 6. Penulisan hamzah. Seperti firman Allah Swt dalam Al-Nahl 43, “...Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” 7. Penulisan kata yang bisa dibaca dengan dua bacaan. Seperti firman Allah Swt dalam Al-Baqarah 9 “Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman...” Rasm Al-Qur’an Istilah Rasm Utsmani lahir bersama dengan lahirnya mushaf Utsman. Mushaf yang ditulis oleh “panitia empat” yang terdiri dari Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Said bin Al-Alsh dan Abd al-Rahman bin al-Harits. Cara-cara penulisan yang ditetapkan ke berbagai pelosok dunia islam. Bahkan al-Qur’an yang diterbitkan secara resmi oleh Republik Islam Iran yang bermadzhab Syi’ah pun menggunakan mushaf ini. Popularitas mushaf Utsmani sampai pada tingkat melahirkan suatu keyakinan bahwa tata cara menulis mushaf ini sebagai tauqifiy yang bukan produk budaya manusia, melainkan sesuatu yang ditetapkan berdasarkan wahyu Allah yang Nabi pun tak punya otoritas untuk menyayangkannya. Rasm Al-Qur’an dalam Memahami Al-Qur’an Menulis al-Qur’an dengan mengikuti kaidah rasm al-Qur’an Utsmani berperan penting dalam memahami al-Qur’an. Karena rasm al-Qur’an dimungkinkan melahirkan berbagai pemahaman tertentu, yang didasarkan pada dua alasan 1. Penulisan kata yang tidak seperti biasanya, umumnya terjadi pada kata-kata khusus yang mendiskusikan sesuatu yang khusus ini bisa dimungkinkan penambahan huruf bisa berarti penambahan makna dan penekanannya, pengurangan huruf bisa berarti penyusutan makna dan penenkanannya, dan demikian juga dengan penggantian huruf, penggabungan dan pemisahan kata, penulisan hamzah, dan penulisan kata yang bisa dibaca dengna dua bacaan. 2. Penulisan kata yang tidak seperti biasanya, yang berarti keharusan ,mengikuti rasm karena dalam penulisan tersebut terdapat rahasia qira’at yang berbeda yang tertampung dalam satu kotak. Sebagian ulama membedakan kata bismillah dengan billah. Adanya kata ism dalam bismillah adalah pembeda, bahwa yang dimaksud adalah keinginan untuk menambahkan berkah dari Allah SWT. Sedangkan kata billah menjadikan kata tersebut bisa dipahami dua sebagai sumpah dan bisa juga sebagai keinginan untuk mendapatkan berkah. al-Shabuni dalam Heri Khoeruddin 2016107. Demikianlah yang saya bagikan mengenai rasm quran semoga bermanfaat. Al-Quran ditulis dalam lembaran kertas dan kemudian dinamakan Mushaf al-Quran. Penulisan al-Quran dalam mushaf, terdapat perbedaan dalam penulisan rasm nya. Dewasa ini, kesadaran umat muslim akan penggunaan mushaf Quran yang memakai Rasm khusus penulisan al-Quran (yang kemudian disebut Rasm Utsmani) terus meningkat. Related PapersPendahuluan Pada prinsipnya, proses kodifikasi Al-Qur"an berbeda dengan kanonisasi Alkitab, yang perbedaan tersebut tidak saja menyangkut tentang kepenulisannya, melainkan tentang metode yang digunakannya pula. Proses kepenulisan Al-Qur"an telah disaksikan dan disetujui secara serempak oleh para sahabat Nabi Muhammad saw, namun hal demikian, tidak terjadi dan dialami oleh fi ulumil qur'ans Rasmul Quran is one part of the Qu'ran disciplines in which there learn about the writing of manuscripts of the Qur'an is done in a special way, both in the writing-pronunciation pronunciation and letter forms are used. Rasmul Qur'an also known as Ottoman Rasm. Koran Ottoman writing is writing attributed to Uthman ra. Khalifah to III. The term appears after the completion of the copy of the Koran made by a team formed by Ustman in 25H. By the Ulama way of writing is usually termed the "Rasmul Ottoman". Which is then attributed to the Commander of the Faithful Ustman ra. Scholars disagree on this writing, among them there were found the article to be taufiqi direct provision of the Prophet, they are based on a history which states that the Prophet explained to one kuttab scribe revelation that Mu'awiya on the procedure for the writing of revelation , Among scholars cling to this opinion is Ibn al-Mubarak in his book "al-Ibriz" which narrates the words of his teacher 'Abdul' Aziz al-Dibagh ", that writing contained in Ottoman Rasm all have a stake, like it is known that al-The Qur'an is a miracle so did his pun awamnya seseorang muslim/muslimat, niscaya ia tahu dan memang harus tahu bahwa sumber utama dan pertama ajaran agama yang dianutnya Islam ialah al-Qur’an al-Karim. Baru kemudian diikuti dengan al-Hadis/al-Sunnah sebagai sumber penting kedua agama Islam. Beberapa hari menjelang kematiannya, Nabi Muhammad Saw berwasiat kepada umatnya supaya berpegang teguh dengan kedua sumber ajaran Islam tersebut al-Qur’an dan al Sunnah. Hal ini terungkap dalam sabdanya تَرَكْتُ فِيْكُمْ اَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا إِنْ تُمْسِكْتُمْ بِهِمَا كِتَاب اللهِ وَسُنَّة نَبِيِّهِ رواه مالك Artinya Aku tinggalkan di tengah-tengah kalian umat Islam dua hal. Kalian tidak akan pernah sesat selama berpegang teguh dengan keduanya yakni Kitabullah al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya al-hadist. HR. Imam Malik. Ilmu tafsir bisa mendorong kita untuk mengetahui ilmu-ilmu al-Qur’an sedikit mendalam, serta mendorong kita untuk mengetahui hal-hal yang menunjang pemahaman al-Qur’an yang mulia ini, berupa usaha maksimal, kesungguhan yang optimal pembahasan mendalam. Kesemuanya itu harus dicurahkan dalam rangka studi al-Qur’an yang mulia. Betapa usaha para guru besar ternama dan Ulama yang terkenal, dimana mereka telah menghabiskan usia demi terjaminnya permikiran atas wahyu murni sebagai pedoman/undang-undang yang berharga, sejak awal diturunkannya al-Qur’an sampai saat ini. Mereka pulang ke rahmatullah dengan meninggalkan kekayaan ilmu pengetahuan yang melimpah ruah untuk kita, yang sumbernya tak akan kering dan mutiaranya yang tak akan habis disepanjang masa. Namun, sekalipun dengan penuh kesungguhan telah mereka curahkan dari dahulu hingga sekarang, sungguh al-Qur’an tetap merupakan lautan yang dalam dimana memerlukan penyelam yang terjun ke dalamnya untuk dapat mengambil mutiara dan permata dari aql quran hadis tidak akan membuatmu rugi, maka perbanyaklah waawasan keilmuan, dari mana pun sumber belajarnya, karena al quran adalah Kalamullah yang tidak ada khilafiyah di dalamnya, perbedaan tafsir semakin menggambarkan betapa terbatasnya pengentahuna manusia sebagai makhluk Fana ... Begitu pun dengan Hadis ... mari kita jaga akhlak kita dalam menerima sumber ilmu sbg wawasan masa depan anak-anak kita ... aamiin yaa Robbal aalamiinPenulisan Al-Qur'an dengan aturan rasm Al-Qur'an
Allah has revealed the Holy Quran to Prophet Muhammad pbuh through the angel Jibreel in stages across a period of more than 20 years. Each time a verse was revealed, the Prophet would summon the
Related PapersBetapa pun awamnya seseorang muslim/muslimat, niscaya ia tahu dan memang harus tahu bahwa sumber utama dan pertama ajaran agama yang dianutnya Islam ialah al-Qur’an al-Karim. Baru kemudian diikuti dengan al-Hadis/al-Sunnah sebagai sumber penting kedua agama Islam. Beberapa hari menjelang kematiannya, Nabi Muhammad Saw berwasiat kepada umatnya supaya berpegang teguh dengan kedua sumber ajaran Islam tersebut al-Qur’an dan al Sunnah. Hal ini terungkap dalam sabdanya تَرَكْتُ فِيْكُمْ اَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا إِنْ تُمْسِكْتُمْ بِهِمَا كِتَاب اللهِ وَسُنَّة نَبِيِّهِ رواه مالك Artinya Aku tinggalkan di tengah-tengah kalian umat Islam dua hal. Kalian tidak akan pernah sesat selama berpegang teguh dengan keduanya yakni Kitabullah al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya al-hadist. HR. Imam Malik. Ilmu tafsir bisa mendorong kita untuk mengetahui ilmu-ilmu al-Qur’an sedikit mendalam, serta mendorong kita untuk mengetahui hal-hal yang menunjang pemahaman al-Qur’an yang mulia ini, berupa usaha maksimal, kesungguhan yang optimal pembahasan mendalam. Kesemuanya itu harus dicurahkan dalam rangka studi al-Qur’an yang mulia. Betapa usaha para guru besar ternama dan Ulama yang terkenal, dimana mereka telah menghabiskan usia demi terjaminnya permikiran atas wahyu murni sebagai pedoman/undang-undang yang berharga, sejak awal diturunkannya al-Qur’an sampai saat ini. Mereka pulang ke rahmatullah dengan meninggalkan kekayaan ilmu pengetahuan yang melimpah ruah untuk kita, yang sumbernya tak akan kering dan mutiaranya yang tak akan habis disepanjang masa. Namun, sekalipun dengan penuh kesungguhan telah mereka curahkan dari dahulu hingga sekarang, sungguh al-Qur’an tetap merupakan lautan yang dalam dimana memerlukan penyelam yang terjun ke dalamnya untuk dapat mengambil mutiara dan permata dari Rasmul Quran is one part of the Qu'ran disciplines in which there learn about the writing of manuscripts of the Qur'an is done in a special way, both in the writing-pronunciation pronunciation and letter forms are used. Rasmul Qur'an also known as Ottoman Rasm. Koran Ottoman writing is writing attributed to Uthman ra. Khalifah to III. The term appears after the completion of the copy of the Koran made by a team formed by Ustman in 25H. By the Ulama way of writing is usually termed the "Rasmul Ottoman". Which is then attributed to the Commander of the Faithful Ustman ra. Scholars disagree on this writing, among them there were found the article to be taufiqi direct provision of the Prophet, they are based on a history which states that the Prophet explained to one kuttab scribe revelation that Mu'awiya on the procedure for the writing of revelation , Among scholars cling to this opinion is Ibn al-Mubarak in his book "al-Ibriz" which narrates the words of his teacher 'Abdul' Aziz al-Dibagh ", that writing contained in Ottoman Rasm all have a stake, like it is known that al-The Qur'an is a miracle so did his al-Qur'an adalah kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah, selain sebagai pedoman kehidupan umat islam didalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan manusia dalam ber-agama seperti kaitannya dengan akidah, syariat, muamalah, kisah-kisah Nabi terdahulu dll. Tidak dapat dipungkiri kebenaran al-Qur'an adalah mutlak fii kulli zaman wal makan. Dalam perjalanannya bentuk al-Qur'an yang kita liat sekarang ini adalah hasil kerja keras para ulama terdahulu khususnya para Khulafaur Rasyidin. Khalifah yang menonjol dalam perbaikan mushaf al-Qur'an adalah khalifah ke-3 yaitu Utsman bin Affan. Penyempurnaan bentuk tulisan al-Qur'an tujuannya tidak lain untuk menyatukan umat Islam dalam satu seragam, yaitu satu bentuk tulisan mushaf al-Qur'an yaitu Rasm Utsmani yang digunakan sampai sekarang ini. Rasm Utsmani adalah tata cara dalam penulisan al-Qur'an yang terdiri dari 4 orang panitia Zaid ibn Tsabit, Abdulllah ibn az-Zubair, Sa'id ibn al-Ash, dan Abdurrahman ibn Harits dalam masa Khalifah Utsman bin Affan. Banyak ragam pendapat ulama tentang penulisan al-Qur'an terhadap Rasm Utsmani, mereka beralasan dengan diperkuat dalil masing-masing. Tetapi satu hal yang perlu kita garisbawahi, Rasm Utsmani telah memberikan dampak yang positif bagi umat Islam, diantaranya menyatukan umat Islam dalam satu penulisan al-Qur'an sehingga umat Islam lebih mudah membacanya. Dalam Rasm Utsmani terdapat aturan-aturan yang telah ditetapkan, aturan tersebut digunakan dalam penulisan al-Qur'an dengan Rasm Utsmani dan digunakan sampai sekarang ini, aturan tersebut antara lain hadzf, ziyadah, badal dll. Kata Kunci Rasm Utsmani, Sejarah dan Urgensi Rasm Utsmani, Pengaruh Rasm Utsmani Terhadap Umat aql quran hadis tidak akan membuatmu rugi, maka perbanyaklah waawasan keilmuan, dari mana pun sumber belajarnya, karena al quran adalah Kalamullah yang tidak ada khilafiyah di dalamnya, perbedaan tafsir semakin menggambarkan betapa terbatasnya pengentahuna manusia sebagai makhluk Fana ... Begitu pun dengan Hadis ... mari kita jaga akhlak kita dalam menerima sumber ilmu sbg wawasan masa depan anak-anak kita ... aamiin yaa Robbal aalamiinPendahuluan Pada prinsipnya, proses kodifikasi Al-Qur"an berbeda dengan kanonisasi Alkitab, yang perbedaan tersebut tidak saja menyangkut tentang kepenulisannya, melainkan tentang metode yang digunakannya pula. Proses kepenulisan Al-Qur"an telah disaksikan dan disetujui secara serempak oleh para sahabat Nabi Muhammad saw, namun hal demikian, tidak terjadi dan dialami oleh Alkitab.
2. Ahli Rasm Utsmani yang juga menjadi imam Qira’at penduduk Basrah adalah Ashim Al Juhduri (wafat 128 H), dan seorang Ulama’ besar yang meriwayatkan dari Ashim yang bernama Mu’alla bin Isa Al Basri. Selanjutnya dari kedua Ulama’ tersebut banyak Ulama’ yang meriwayatkan Rasm Utsmani, diantaranya Abu Amr bin Ala’ (wafat 154 H) dan Uploaded byAffection Fahrul 0% found this document useful 0 votes8 views11 pagesDescriptionBismillahCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document0% found this document useful 0 votes8 views11 pagesMAKALAH Rasm QuranUploaded byAffection Fahrul DescriptionBismillahFull descriptionJump to Page You are on page 1of 11Search inside document You're Reading a Free Preview Pages 6 to 10 are not shown in this preview. Buy the Full Version Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Dalam Rasm Utsmani, kaidah memisah dan menyambungkan tulisan pada. umumnya menyangkut bentuk-bentuk kalimat kata sambung seperti alla, ‘amman, fima, dan lain-lain. Aturan pemisahan (fashl) dan penyambungan (washl) di dalam tulisan, aturan badal yang terdiri dari beberapa macam aturan yaitu: 1.
Related PapersPenulisan Al-Qur'an dengan aturan rasm Al-Qur'anBetapa pun awamnya seseorang muslim/muslimat, niscaya ia tahu dan memang harus tahu bahwa sumber utama dan pertama ajaran agama yang dianutnya Islam ialah al-Qur’an al-Karim. Baru kemudian diikuti dengan al-Hadis/al-Sunnah sebagai sumber penting kedua agama Islam. Beberapa hari menjelang kematiannya, Nabi Muhammad Saw berwasiat kepada umatnya supaya berpegang teguh dengan kedua sumber ajaran Islam tersebut al-Qur’an dan al Sunnah. Hal ini terungkap dalam sabdanya تَرَكْتُ فِيْكُمْ اَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا إِنْ تُمْسِكْتُمْ بِهِمَا كِتَاب اللهِ وَسُنَّة نَبِيِّهِ رواه مالك Artinya Aku tinggalkan di tengah-tengah kalian umat Islam dua hal. Kalian tidak akan pernah sesat selama berpegang teguh dengan keduanya yakni Kitabullah al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya al-hadist. HR. Imam Malik. Ilmu tafsir bisa mendorong kita untuk mengetahui ilmu-ilmu al-Qur’an sedikit mendalam, serta mendorong kita untuk mengetahui hal-hal yang menunjang pemahaman al-Qur’an yang mulia ini, berupa usaha maksimal, kesungguhan yang optimal pembahasan mendalam. Kesemuanya itu harus dicurahkan dalam rangka studi al-Qur’an yang mulia. Betapa usaha para guru besar ternama dan Ulama yang terkenal, dimana mereka telah menghabiskan usia demi terjaminnya permikiran atas wahyu murni sebagai pedoman/undang-undang yang berharga, sejak awal diturunkannya al-Qur’an sampai saat ini. Mereka pulang ke rahmatullah dengan meninggalkan kekayaan ilmu pengetahuan yang melimpah ruah untuk kita, yang sumbernya tak akan kering dan mutiaranya yang tak akan habis disepanjang masa. Namun, sekalipun dengan penuh kesungguhan telah mereka curahkan dari dahulu hingga sekarang, sungguh al-Qur’an tetap merupakan lautan yang dalam dimana memerlukan penyelam yang terjun ke dalamnya untuk dapat mengambil mutiara dan permata dari al-Qur'an adalah kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah, selain sebagai pedoman kehidupan umat islam didalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan manusia dalam ber-agama seperti kaitannya dengan akidah, syariat, muamalah, kisah-kisah Nabi terdahulu dll. Tidak dapat dipungkiri kebenaran al-Qur'an adalah mutlak fii kulli zaman wal makan. Dalam perjalanannya bentuk al-Qur'an yang kita liat sekarang ini adalah hasil kerja keras para ulama terdahulu khususnya para Khulafaur Rasyidin. Khalifah yang menonjol dalam perbaikan mushaf al-Qur'an adalah khalifah ke-3 yaitu Utsman bin Affan. Penyempurnaan bentuk tulisan al-Qur'an tujuannya tidak lain untuk menyatukan umat Islam dalam satu seragam, yaitu satu bentuk tulisan mushaf al-Qur'an yaitu Rasm Utsmani yang digunakan sampai sekarang ini. Rasm Utsmani adalah tata cara dalam penulisan al-Qur'an yang terdiri dari 4 orang panitia Zaid ibn Tsabit, Abdulllah ibn az-Zubair, Sa'id ibn al-Ash, dan Abdurrahman ibn Harits dalam masa Khalifah Utsman bin Affan. Banyak ragam pendapat ulama tentang penulisan al-Qur'an terhadap Rasm Utsmani, mereka beralasan dengan diperkuat dalil masing-masing. Tetapi satu hal yang perlu kita garisbawahi, Rasm Utsmani telah memberikan dampak yang positif bagi umat Islam, diantaranya menyatukan umat Islam dalam satu penulisan al-Qur'an sehingga umat Islam lebih mudah membacanya. Dalam Rasm Utsmani terdapat aturan-aturan yang telah ditetapkan, aturan tersebut digunakan dalam penulisan al-Qur'an dengan Rasm Utsmani dan digunakan sampai sekarang ini, aturan tersebut antara lain hadzf, ziyadah, badal dll. Kata Kunci Rasm Utsmani, Sejarah dan Urgensi Rasm Utsmani, Pengaruh Rasm Utsmani Terhadap Umat aql quran hadis tidak akan membuatmu rugi, maka perbanyaklah waawasan keilmuan, dari mana pun sumber belajarnya, karena al quran adalah Kalamullah yang tidak ada khilafiyah di dalamnya, perbedaan tafsir semakin menggambarkan betapa terbatasnya pengentahuna manusia sebagai makhluk Fana ... Begitu pun dengan Hadis ... mari kita jaga akhlak kita dalam menerima sumber ilmu sbg wawasan masa depan anak-anak kita ... aamiin yaa Robbal aalamiins Rasmul Quran is one part of the Qu'ran disciplines in which there learn about the writing of manuscripts of the Qur'an is done in a special way, both in the writing-pronunciation pronunciation and letter forms are used. Rasmul Qur'an also known as Ottoman Rasm. Koran Ottoman writing is writing attributed to Uthman ra. Khalifah to III. The term appears after the completion of the copy of the Koran made by a team formed by Ustman in 25H. By the Ulama way of writing is usually termed the "Rasmul Ottoman". Which is then attributed to the Commander of the Faithful Ustman ra. Scholars disagree on this writing, among them there were found the article to be taufiqi direct provision of the Prophet, they are based on a history which states that the Prophet explained to one kuttab scribe revelation that Mu'awiya on the procedure for the writing of revelation , Among scholars cling to this opinion is Ibn al-Mubarak in his book "al-Ibriz" which narrates the words of his teacher 'Abdul' Aziz al-Dibagh ", that writing contained in Ottoman Rasm all have a stake, like it is known that al-The Qur'an is a miracle so did his merupakan kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai penutup kenabian dan penyempurna kitab-kitab agama samawi yang diturunkan sebelumnya. Posisinya sangat fundamental dalam kehidupan seorang muslim karena seluruh doktrin ke-Islaman yang diajarkan berasal darinya dan kepercayaan penuh kepadanya merupakan salah satu syarat keimanan. Karena itu jaminan atas orisinalitas dan validitas Al-Qur’an merupakan suatu keniscayaan. Dengan sebab itulah umat Islam sejak era pertama kemunculannya hingga periode modern ini berupaya untuk menjaga teks Al-Qur’an dari segala bentuk perubahan dengan cara tulisan Al-Hifdzu fi As-Shutuur dan hafalan Al-Hifdzu fi As-Shuduur. Dimulai dari masa kenabian dengan menulis dan menghafal Al-Qur’an. Lalu masa khulafaur rasyidin dengan pembukuan, kodifikasi, dan pemberian titik Nuqath Al-I’jam. Lalu pada masa setelahnya lahirlah berbagai disiplin ilmu seperti ilmu qiraat, tajwid, nuqath, rasm, dan lain sebagainya. Yang mana keseluruhannya dapat menjadi pembuktian atas orisinalitas teks dan validitas isinya. Dan pada era modern ini berdirilah lembaga-lembaga pusat studi Al-Qur’an dan penerbitan Al-Qur’an yang juga memberi andil dalam menjaga teks dan isi Al-Qur’an serta menjawab serangan-serangan dari kalangan orientalis terhadap orisinalitas dan validitas Al-Qur’ Pada prinsipnya, proses kodifikasi Al-Qur"an berbeda dengan kanonisasi Alkitab, yang perbedaan tersebut tidak saja menyangkut tentang kepenulisannya, melainkan tentang metode yang digunakannya pula. Proses kepenulisan Al-Qur"an telah disaksikan dan disetujui secara serempak oleh para sahabat Nabi Muhammad saw, namun hal demikian, tidak terjadi dan dialami oleh Alkitab.
1aI5.
  • l5w5ygv15c.pages.dev/319
  • l5w5ygv15c.pages.dev/166
  • l5w5ygv15c.pages.dev/154
  • l5w5ygv15c.pages.dev/107
  • l5w5ygv15c.pages.dev/316
  • l5w5ygv15c.pages.dev/390
  • l5w5ygv15c.pages.dev/127
  • l5w5ygv15c.pages.dev/73
  • l5w5ygv15c.pages.dev/177
  • makalah rasm al qur an